Rabu, 14 Januari 2015

KESIAPAN MAHASISWA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 DALAM PERSPEKTIF ISLAMIC LEADERSHIP



A.    Latar Belakang Masalah
Pada Desember tahun ini pasar bebas kawasan Asia Tenggara akan  di buka, kerjasama ini bertujuan agar terciptanya aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terlatih, serta aliran investasi yang lebih bebas, khususnya negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. Indonesia merupakan anggota dari organisasi geo-politik tersebut. Sebagai salah satu anggota maka Indonesia berkewajiban untuk mentaati semua kebijakan yang telah disepakati yaitu untuk membebaskan semua aliran barang, jasa, dan tenaga kerja.
Sebagai negara yang telah bergabung dalam MEA, maka wajib bagi negara untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang memadai serta berani bersaing di pasar bebas ASEAN 2015. Dalam hal ini maka di butuhkan sumber daya manusia yang handal dan bisa bersaing dengan negara-negara ASEAN.
ASEAN merupakan sebuah organisasi geo-poitik dan ekonomi dari kawasan Asia Tenggara yang didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok Thailand. Di dirikan oleh beberapa negara Asia Tenggara di antaranya yaitu: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Di dirikannya ASEAN ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggota, serta memajukan perdamaian di tingkat regional/kawasan.[1]
Dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi MEA/pasar bebas kawasan Asia Tenggara maka kita memerlukan leadership/kepemimpinan yang bisa mengantarkan yang di pimpin menjadi sumber daya yang mempunyai kesiapan dan berani berkompetinsi dengan yang lainnya. Dalam pandangan kepemimpinan Islam (Islamic Leadership) tidak akan lepas dari nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’ān dan as-Sunnah, semuanya harus mengikuti apa yang telah termaktub baik itu tersurat maupun tersirat, dari sinilah kiranya dapat di cari bagaimana kesiapan mahasiswa menghadapi MEA dalam perspektif Islamic Leadership.    
B.     Pokok Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka kiranya pemakalah dapat merumuskan beberapa pokok masalah yang berkaitan dengan makalah ini di antaranya yaitu:
1.      Apa yang di maksud dengan MEA (Masyarakat ekonomi asean)?
2.      Bagaimana cara Mahasiswa dalam menghadapi MEA perspektif Islamic Leadership?

C.    Pembahasan
1.      Masyarakat Ekonomi Asean 2015 / Asean Ekonomic Community
Sebelum diuraikan tentang MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) makaa hendaknya terlebih dahulu di uaraikan tentang ASEAN (Association Of Southeast Asian Nations). Di awal pembentukannya pada 1967, ASEAN lebih ditujukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna mencapai kedamaian dan keamanan di kaewasan Asia Tenggara. Dimulai dari lima negara pendiri.[2]  ASEAN merupakan sebuah organisasi geo-poitik dan ekonomi dari kawasan Asia Tenggara yang didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok Thailand. Di dirikan oleh beberapa negara Asia Tenggara di antaranya yaitu: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Di dirikannya ASEAN, bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggota, serta memajukan perdamaian di tingkat regional/kawasan.[3]
Selang beberapa tahun barulah negara-negara yang ada dikawasan Asia Tenggara mulai bergabung diantaranya yaitu 7 januari 1984 Brunei Darussalam, vietnam 28 Juli 1995, Laos 23 1997, Myanmar 23 Juli 1997, Kamboja 16 Desember 1998, dan sampai saat ini, anggota ASEAN hampir semua Negara di Asia Tenggara.[4]
Dengan berjalannya waktu dan dalam rangka menghadapi berbagai tantangan kerjasama regional termasuk krisis ekonomi di tahun 1997 para pemimpin negara ASEAN kembali memformulasikan “ASEAN vision 2020” di Kuala Lumpur pada 15 Desember 1997 yang menjadi tujuan jangka panjang ASEAN yaitu: “as a concert of Southeast Asian Nations outward looking, living in peace, stability and prosperity, bonded together in paartnership in dnamic devlopment and in a commnity of caring societies. Rencana jangka panjang pembentukan komunitas ASEAN itu terdiri dari tiga pilar yaitu ASEAN Economic Community (AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN-ME), ASEAN Security Community (ASC), dan ASEAN Socio-cultural Community (ASCC).[5]
Dari sisi kerja sama ekonomi, visi tersebut diwujudkan melalui strategi pengembangan ekonomi yang sejalan dengan bangsa, dengan tujuan utama mencapai pertumbuhan ekonomi berkesinambungan dan merata, serta mendukung ketahanan negara anggota maupun kawasan.[6]
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) merupakan konsep yang mulai digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II), Bali, Oktober 2003. MEA adalah salah satu pilar perwujudan ASEAN Vision, bersama-sama dengan ASEAN Economic Community (AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN-ME), ASEAN Security Community (ASC), dan ASEAN Socio-cultural Community (ASCC). MEA adalah tujuan akhir ekonomi seperti di canangkan dalam ASEAN Vision 2020. Langakah untuk memperkuat kerangka kerja MEA bergulir di 2006 antara lain dengan formulasi blue Print atau cetak biru yang berisi target dan waktu penyampain MEA dengan jelas. Mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan ASEAN untuk menghadapi daya  saing global diputuskan untuk mempercepat pembentukan MEA dari 2020 menjadi 2015 (12 ASEAN Summit, Januari 2007).[7]
Melalui cetak biru (blue print) MEA, ASEAN telah melakukan berbagai pembangunan antara lain: pembangunan fasilitas perdagangan pada sektor informasi, teknologi, dan transportasi, pengimplementasisan ASEAN Single Window di masing-masing negara, harmonisasi kebijakan seperti adanya standar atau sertifikasi produk buatan ASEAN dengan MRA (Mutual Recognition Arrangement).[8]
Ada 4 pilar terpenting untuk mewujudkan MEA 2015, 4 pilar tersebut yang telah disepakati oleh Para Pemimpin ASEAN adalah sebagai berikut:
1.      Pasar tunggal dan basis produksi
2.      Kawasan ekonomi berdaya saing tinggi
3.      Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara dan
4.      Kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global.[9]
Pencapaian MEA melalui penciptaan pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, ditunjukan sebagai upaya perluasan melalui integrasi regional untuk mencapai skala ekonomis yang optimal. Langkah-langkah integrasi tersebut (proses liberalisasi dan penguatan internal ASEAN) menjadi strategi mencapai daya saing yang tangguh dan di sisi lain akan berkontribusi positif bagi masyarakat ASEAN secara keseluruhan maupun individual negara anggota. Pembentukan MEA juga menjadikan posisi ASEAN semakin kuat dalam menghadapi negoisasi internasional.[10]
Sebagai pasar tunggal dan basis produksi ASEAN memiliki 5 elemen utama yaitu:
a.      Aliran bebas barang
b.      Aliran bebas jasa
c.       Aliran bebas investasi
d.     Aliran modal yang lebih bebas
e.      Aliran bebas tenaga kerja terampil.
Untuk mewujudkan kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi maka di perlukan beberapa elemen penunjang untuk mencapai itu semua, elemen-elemen tersebut yaitu:
a.      Kebijakan persaingan usaha,
b.      Perlindungan konsumen
c.       Hak atas kekayaan intelektual,
d.     Pembangunan infrastruktur,
e.      Perpajakan dan
f.        E-commerce.
Tujuan utama persaingan usaha adalah memperkuat persaingan yang sehat sehingga dalam melakukan usaha akan menjaga mutu dan kualitas produk yang di pasarkan. Dan dalam mewujudkan persaingan usaha yang sehat, instusi dan perundang-undangan yang terkait dengan kebijakan persaingan usaha telah terbentuk dibeberapa negara ASEAN, yaitu Indonesia, Singapura, Thailand, dan Viet-Nam.[11]
Untuk mewujudkan kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara maka di perlukan pembangunan UKM dan prakrasa bagi intergrasi ASEAN dalam mewujudkan kesamarataan ekonominya.
Yang di perlukan dalam integrasi penuh dengan ekonomi global adalah dengan pendekataan koheren terhadap hubungan ekonomi eksternal, prastisipasi yang erus meningkat dalam jaminan suplai global. Itulah kiranya 4 pilar terpenting yang telah disepakati oleh pemimpin ASEAN dalam menjalankan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015).

2.      Kesiapan Mahasiswa dalam menghadapi MEA perspektif Islamic Leadership
Dalam menghadapi MEA maka di butuhkan sumber daya manusia yang terampil juga terdidik, karena sumber daya manusisa merupakan faktor produksi yang sangat penting. Sumber daya manusisa adalah penduduk yang siap mau dan mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasi.  Mahasiswa merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan harus mempunyai kelebihan dari pada yang lainnya.[12]
Dari sebuah data jumlah mahasiswa Indonesia saat ini 4,8 juta orang, dan jika dihitung terhadap populasi penduduk berusisa 19-24 tahun, maka angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi yaitu 18,4 %, berarti ada lebih dari 81,6% anak usia 19-24 tahun tidak mengalami kesempatan untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi/kuliah.[13]
Mahasiswa sudah seharusnya dapat berperan dan menjadi garda dalam pembangunan bangsa. Peran mahasiswa dalam pembangunan bangsa yaitu :
Pertama sebagai kontrol sosial, mahasiswa dapat menjadi kontrol bagi berjalannya pemerintahan. Baik dalam pembuatan kebijakan maupun peraturan yang dilakukan oleh pemerintah. Mahasiswa juga bisa sebagai penyalur aspirasi masyarakat kepada pemerintah.
Kedua sebagai bagian dari perubahan, sebagai kaum intelektual peranan mahasiswa sangat dibutuhkan dan penting dalam perubahan bangsa. Mahasiswa dapat merealisasikan teori yang di pelajarinya di kampus, terhadap masalah yang terjadi di masyarakat. Mahasiswa juga harus berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat dan memberikan solusi. Selain itu mahasiswa sebagai kaum intelektual adalah generasi penerus bangsa untuk meneruskan dan menggantikan generasi sebelumnya untuk melakukan perubahan bangsa ke arah yang lebih baik dan maju.
Ketiga sebagai iron stock, yaitu mahasiswa sebagai penerus atau aset cadangan bangsa untuk melakukan perubahan. Selain itu mahasiswa adalah harapan bangsa untuk meneruskan perjuangan di masa depan.[14]
ASEAN Community menuntut sumber daya manusia untuk siap bertarung dengan SDM negara ASEAN lainnya, pertarungan ini hanya bisa menang dan dimenangkan oleh mereka yang mengenyam pendidikan lebih lama dan lebih tinggi serta berkualitas. MEA memberi  kesempatan seluas-luasnya bagi warga negara ASEAN untuk mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan di negara yang dituju, akan tetapi AEC blue print membatasi hanya tenaga kerja yang terampil.

Perspektif Islamic leadership
Tanggung jawab manusia merupakan sebagian dari sunnatullah atau ketentuan Allah. Karena kadar dan keinginan manusisa itu berbeda maka pada setiap kelompok dan kurun Allah menurunkan seorang yang dapat membimbing yang biasa di sebut pemimpin. Karena semua manusia adalah pemimpin.[15]
Islamic leadership kepemimpinan Islam berpijak pada landasan yang sangat kuat dan kokoh yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah, menurut Al Farabi pemimpin di ibaratkan seperti hati yang ada pada diri manusia dan menjadi penentu dalam segala aktifitasnya. Berbeda dengan Al Farabi, Al Aqqad memaknai pemimpin sebagai orang yang memimpin manusia di dalam menegakan hukum syarak.Pada prinsipnya Islamic leadership bertumpu pada nilai-niilai yang terdapat pada pedoman utama umat Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. 
Dalam menghadapi MEA maka kita sebagai calon pemimpin harus mengetahui cara untuk menghadapi pasar global dasar bebas dengan cara pandang kepemimpinan Islam.

D.    kesimpulan
Dari urain yang telah pemakalah sampaikan maka kiranya pemakalah akan memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1.      dalam menghadapi MEA 2015 maka kita harus benar-benar mempersiapkan ketrampilan dan inofasi baru dalam bidang usaha, menghadapi MEA tak perlu khawatir tetapi anggaplah ini sebagai tantangan utuk kita semua dalam menghadapi pasar bebas dan persaingan global.
2.      Di lihat dari sudut pandang/perspektif kepemimpinan Islam maka cara menghadapi MEA ini harus dengan penuh tanggung jawab dan dilandasi dengan nilai-nilai yang terdapat dal al-Qur’an dan as-Sunnah.

Daftar Pustaka
Ali Muhammad Taufiq, 2004, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur’an, cet 1, Gema Insani Press, Jakarta
Didik Ahmad Supadie, 06 desember 2014Peran Dan Kesiapan Mahasiswa Menghadapi Mea 2015, seminar BEM FAI UNISSULA,

Didiek Ahmad Supadie,2011, Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi Secara Islami, cet pertama, Unissula Press, Semarang,

R. Winantyo dkk, 2008,Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 Memperkuat Sinergi  ASEAN di tengah kompetisi global, PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Vaitzhal Riva’i dkk, 2009, Ekonomi Syari’ah, Konsep, Praktek dan Penguatan Kelembagaannya, Pustaka Rizki Putra, Semarang

id.wikipedia.org, di akses pada pukul 22:45 hari Rabu

www.academia.edu, di akses pada hari jum’at  9 januari 2015, pukul 13:39


[1] Didik Ahmad Supadie, Peran Dan Kesiapan Mahasiswa Menghadapi Mea 2015, seminar BEM FAI UNISSULA, 06 desember 2014
[2] R. Winantyo dkk, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 Memperkuat Sinergi  ASEAN di tengah kompetisi global, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008, hlm. 1
[3] id.wikipedia.org, di akses pada pukul 22:45 hari Rabu

[4] Didik Ahmad Supadie, Op, Cit

[5] R. Winantyo dkk, Op, Cit, hlm. 2
[6] Ibid, hlm 3

[7] Ibid, hlm 9

[8] Didiek Ahmad Supadie, Op, Cit
[9] Ibid

[10] R. Winantyo dkk, Op, Cit, hlm.9
[11] Didiek Ahmad Supadie, Op, Cit
[12] Didiek Ahmad Supadie, Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi Secara Islami, cet pertama, Unissula Press, Semarang, 2011, hlm.28

[13] Didiek Ahmad Supadie, loc, cit

[14] www.academia.edu, di akses pada hari jum’at  9 januari 2015, pukul 13:39
[15] Ali Muhammad Taufiq, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur’an, cet 1, Gema Insani Press, Jakarta, 2004, hlm,35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar